Keterangan Gambar : Kopi dan Pasar Tradisional Pemuda itu berlari membelah guyuran hujan yang membasahi bumi Bajunya basah kuyub, nafasnya tersenggal-senggal lelah, akhirnya ia berteduh di bawah atap bangunan yang kian tak berbentuk Ia merindukan suasana kerumunan pasar, melihat para pedagang menawarkan dagangannya, Ia merindukan suasana pasar, rindu mendengar suara nego si pembeli menawar barang dagangan pasar. Kenapa harus enggan berbelanja di pasar tradisional? Kulihat si penjual yang tulus menjual dagangannya hanya untuk sekedar bertahan hidup untuk makan, biaya hidup untuk sekolah anaknya, biaya hidup untuk kesehatan keluarganya. Meraup keuntungan hanya sekedar harga (lebel) namun bisa turun setelah ada tawar menawar, apakah ada transaksi setulus pasar yang menghidangkan perbincangan antar pedagang dengan pembelinya ? Berbeda dengan sebelah, nampak bersih ruangannya, dingin berAC tempatnya, rapi karyawannya, canggih fasilitasnya, dan tampah mewah...
Hanya sebatas pemantik untuk terus menulis